Laman

Rabu, 18 Mei 2011

Bunga Mawar di Hati

Suatu ketika, ada seseorang pemuda
yang mempunyai sebuah bibit
mawar. Ia ingin sekali menanam
mawar itu di kebun belakang
rumahnya. Pupuk dan sekop kecil
telah disiapkan. Bergegas,
disiapkannya pula pot kecil tempat
mawar itu akan tumbuh
berkembang. Dipilihnya pot yang
terbaik, dan diletakkan pot itu di
sudut yang cukup mendapat sinar
matahari. Ia berharap, bibit ini dapat
tumbuh dengan sempurna.
Disiraminya bibit mawar itu setiap
hari. Dengan tekun, dirawatnya
pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput
yang menganggu, segera
disianginya agar terhindar dari
kekurangan makanan. Beberapa
waktu kemudian, mulailah tumbuh
kuncup bunga itu. Kelopaknya
tampak mulai merekah, walau
warnanya belum terlihat sempurna.
Pemuda ini pun senang, kerja
kerasnya mulai membuahkan hasil.
Diselidikinya bunga itu dengan hati-
hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh
pula
duri-duri kecil yang menutupi
tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan
mengapa
duri-duri tajam itu muncul
bersamaan dengan merekahnya
bunga yang indah ini. Tentu, duri-
duri itu akan menganggu keindahan
mawar-mawar miliknya.
Sang pemuda tampak bergumam
dalam hati, “Mengapa dari bunga
seindah ini, tumbuh banyak sekali
duri yang tajam? Tentu hal ini akan
menyulitkanku untuk merawatnya
nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu
saja tanganku terluka. Selalu saja ada
ada bagian dari kulitku yang
tergores. Ah pekerjaan ini hanya
membuatku sakit. Aku tak akan
membiarkan tanganku berdarah
karena duri-duri penganggu ini. ”
Lama kelamaan, pemuda ini tampak
enggan untuk memperhatikan
mawar miliknya. Ia mulai tak peduli.
Mawar itu tak pernah disirami lagi
setiap pagi dan petang. Dibiarkannya
rumput-rumput yang menganggu
pertumbuhan mawar itu.
Kelopaknya yang dahulu mulai
merekah, kini tampak merona sayu.
Daun-daun yang tumbuh di setiap
tangkai pun mulai jatuh satu-persatu.
Akhirnya, sebelum berkembang
dengan sempurna, bunga itu pun
meranggas dan layu.
=====
Sahabat, kisah tadi memang sudah
selesai. Tapi, ada ada satu pesan
moral yang bisa kita raih
didalamnya. Jiwa manusia, adalah
juga seperti kisah tadi. Di dalam
setiap jiwa, selalu ada ‘mawar’ yang
tertanam. Allah lah yang meletakkan
kemuliaan itu di setiap kalbu kita.
Layaknya taman-taman berbunga,
sesungguhnya di dalam jiwa kita,
juga ada tunas mawar dan duri yang
akan merekah.
Namun sayang, ada sebagian dari
kita yang hanya melihat “duri” yang
tumbuh. Merasakan hanya
kelemahan yang ada pada dirinya.
Merasa hanya menjadi beban bagi
orang lain. Banyak dari saudara kita
yang hanya melihat sisi buruk,
sehingga dalam menjalani kehidupan
ini dipenuhi dengan kepesimisan
seolah menolak keberadaan mereka
sendiri. Saudara kita itu sering
kecewa dengan dirinya dan tidak
mau menerimanya. Mereka berpikir
bahwa hanya hal-hal yang melukai
yang akan tumbuh dari nya.
Sehingga menolak untuk
“ menyirami” hal-hal baik yang
sebenarnya telah adadan tak pernah
memahami potensi yang dimilikinya.
Mereka juga sebenarnya memiliki
mawar yang indah di dalam jiwa.
Banyak orang yang tak menyadari,
adanya mawar itu.
Sahabat, jika kita bisa menemukan
“ mawar-mawar” indah yang
tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-
duri yang muncul. Kita, akan terpacu
untuk
membuatnya merekah, dan terus
merekah hingga berpuluh-puluh
tunas baru akan muncul. Pada setiap
tunas itu, akan berbuah tunas-tunas
kebahagiaan, ketenangan,
kedamaian, yang akan memenuhi
taman-taman jiwa kita. Kenikmatan
yang terindah adalah saat kita
berhasil untuk menunjukkan pada
mereka akan keberadaan mawar-
mawar itu, dan mengabaikan duri-
duri yang muncul.
Semerbak harumn mawar pada hati
mereka akan menghiasi hari-hari kita.
Aroma keindahan yang
ditawarkannya, adalah layaknya
ketenangan air telaga yang
menenangkan keruwetan hati. Mari,
kita temukan “mawar-mawar”
ketenangan, kebahagiaan, kedamaian
itu dalam jiwa-jiwa kita, dan kembali
kita bagikan pada mereka yang
merasa tersisih dan tersingkir.
Mungkin, ya, mungkin, kita akan
juga berjumpa dengan onak dan
duri, tapi janganlah itu membuat kita
berputus asa. Mungkin, tangan-
tangan kita akan tergores dan terluka,
tapi janganlah itu membuat kita
bersedih nestapa. Kebahagiaan kita
adalah saat kita menemukan mereka,
jiwa-jiwa yang tersisih, jiwa-jiwa
yang pesimis, tersenyum bahagia,
seolah menemukan udara disaat
mereka akan kehabisan oksigen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar